BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Definisi Menara Pendingin (Cooling tower)
Menara pendingin
merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air
dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir.
Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran
udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air
yang tersisa didinginkan secara signifikan (Gambar II.1). Menara pendingin
mampu menurunkan suhu air lebih dari peralatan-peralatan yang hanya menggunakan
udara untuk membuang panas, seperti radiator dalam mobil, dan oleh karena itu
biayanya lebih efektif dan efisien energinya (UNEP,
2006).
Komponen Cooling Tower
Komponen dasar sebuah
menara pendingin meliputi rangka dan wadah, bahan pengisi, kolam air dingin,
eliminator aliran, saluran masuk udara, louvers, nosel dan fan. Kesemuanya
dijelaskan dibawah
- Rangka dan wadah. Hampir semua
menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar
(wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan yang
lebih kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka.
- Bahan Pengisi. Hampir seluruh menara
menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastic atau kayu) untuk
memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan kontak udara dan air.
Terdapat dua jenis bahan pengisi:
-
Bahan pengisi berbentuk percikan/Splash
fill: air jatuh diatas lapisan yang berurut dari batang pemercik
horisontal, secara terus menerus pecah menjadi tetesan yang lebih kecil, sambil
membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan pengisi percikan dari plastic
memberikan perpindahan panas yang lebih baik daripada bahan pengisi percikan
dari kayu.
-
Bahan pengisi berbentuk film: terdiri
dari permukaan plastik tipis dengan jarak yang berdekatan dimana diatasnya
terdapat semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis dan
melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat berbentuk datar,
bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih
efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih kecil
daripada bahan pengisi jenis splash.
- Kolam air dingin. Kolam air dingin terletak pada
atau dekat bagian bawah menara, dan menerima air dingin yang mengalir
turun melalui menara dan bahan pengisi. Kolam biasanya memiliki sebuah
lubang atau titik terendah untuk pengeluaran air dingin. Dalam beberapa
desain, kolam air dingin berada dibagian bawah seluruh bahan pengisi. Pada
beberapa desain aliran yang berlawanan arah pada forced draft, air
di bagian bawah bahan pengisi disalurkan ke bak yang berbentuk lingkaran
yang berfungsi sebagai kolam air dingin. Sudu-sudu fan dipasang dibawah
bahan pengisi untuk meniup udara naik melalui menara. Dengan desain ini,
menara dipasang pada landasannya, memberikan kemudahan akses bagi fan dan
motornya.
- Drift eliminators. Alat ini menangkap tetes-tetes
air yang terjebak dalam aliran udara supaya tidak hilang ke atmosfir.
- Saluran udara masuk. Ini merupakan titik masuk bagi
udara menuju menara. Saluran masuk bisa berada pada seluruh sisi menara
(desain aliran melintang) atau berada dibagian bawah menara (desain aliran
berlawanan arah).
- Louvers. Pada umumnya, menara dengan
aliran silang memiliki saluran masuk louvers. Kegunaan louvers adalah
untuk menyamakan aliran udara ke bahan pengisi dan menahan air dalam
menara. Beberapa desain menara aliran berlawanan arah tidak memerlukan louver.
- Nosel. Alat ini menyemprotkan air
untuk membasahi bahan pengisi. Distribusi air yang seragam pada puncak
bahan pengisi adalah penting untuk mendapatkan pembasahan yang benar dari
seluruh permukaan bahan pengisi. Nosel dapat dipasang dan menyemprot
dengan pola bundar atau segi empat, atau dapat menjadi bagian dari rakitan
yang berputar seperti pada menara dengan beberapa potongan lintang yang
memutar.
- Fan. Fan aksial (jenis
baling-baling) dan sentrifugal keduanya digunakan dalam menara. Umumnya
fan dengan baling-baling/propeller digunakan pada menara induced
draft dan baik fan propeller dan sentrifugal dua-duanya
ditemukan dalam menara forced draft. Tergantung pada ukurannya,
jenis fan propeller yang digunakan sudah dipasang tetap atau dengan dapat
dirubah-rubah/ diatur. Sebuah fan dengan baling-baling yang dapat diatur
tidak secara otomatis dapat digunakan diatas range yang cukup luas sebab
fan dapat disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang dikehendaki pada
pemakaian tenaga terendah. Baling-baling yang dapat diatur secara otomatis
dapat beragam aliran udaranya dalam rangka merespon perubahan kondisi
beban.
Fungsi Menara Pendingin
Semua mesin pendingin yang bekerja akan melepaskan kalor
melalui kondensor, refrijeran akan melepas kalornya kepada air pendingin
sehingga air menjadi panas. Selanjutnya air panas ini akan dipompakan ke menara
pendingin. Menara pendingin secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor
dari air tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif sejuk (dingin)
untuk dipergunakan kembali di suatu instalasi pendingin atau dengan kata lain
menara pendingin berfungsi untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara
mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfer
(Napitupulu, 2009).

Gambar II.1. Diagram skematik sistim
menara pendingin
Prinsip Kerja Menara
Pendingin

Gambar II.2 skema
menara pendingin
Prinsip kerja menara pendingin dapat dilihat pada gambar
di atas. Air dari bak/basin dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan
dialirkan ke menara pendingin. Air panas yang keluar tersebut secara langsung
melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena
pengaruh fan atau blower yang terpasang pada bagian atas menara
pendingin, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi (Napitupulu, 2009).
Sistem ini sangat efektif dalam proses pendinginan air
karena suhu kondensasinya sangat rendah mendekati suhu wet-bulb udara.
Air yang sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke dalam bak/basin. Pada
menara pendingin juga dipasang katup make up water untuk menambah
kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporative
cooling tersebut sedang berlangsung
(Napitupulu, 2009).
Beberapa Jenis Menara
Pendingin
Bagian ini menjelaskan
dua jenis utama menara pendingin: menara pendingin jenis natural draft dan jenis mechanical
draft.
1.
Menara pendingin jenis natural draft

Menara pendingin jenis natural draft atau hiperbola menggunakan perbedaan suhu Antara udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian dalam menara. Begitu udara panas mengalir ke atas melalui menara (sebab udara panas akan naik), udara segar yang dingin disalurkan ke menara melalui saluran udara masuk di bagian bawah. Tidak diperlukan fan dan disana hampir tidak ada sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi kinerja. Kontruksi beton banyak digunakan untuk dinding menara dengan ketinggian hingga mencapai 200 m. Menara pendingin tersebut kebanyakan hanya digunakan untuk jumlah panas yang besar sebab struktur beton yang besar cukup mahal (UNEP, 2006).
Gambar II.3 Menara
pendingin natural draft aliran melintang dan
aliran berlawanan arah
Terdapat dua jenis utama menara natural draft:
-
Menara aliran melintang (Gambar II.3): udara
dialirkan melintasi air yang jatuh dan bahan pengisi berada diluar menara.
-
Menara dengan aliran yang berlawanan arah (Gambar
II.3): udara dihisap melalui air yang jatuh dan oleh karena itu bahan pengisi
terletak dibagian dalam menara, walaupun desain tergantung pada kondisi tempat
yang spesifik.
2.
Menara Pendingin Draft Mekanik
Menara draft
mekanik memiliki fan yang besar untuk mendorong atau mengalirkan udara melalui
air yang disirkulasi. Air jatuh turun diatas permukaan bahan pengisi, yang
membantu untuk meningkatkan waktu kontak antara air dan udara – hal ini
membantu dalam memaksimalkan perpindahan panas diantara keduanya. Laju
pendinginan menara draft mekanis tergantung pada banyak parameter seperti
diameter fan dan kecepatan operasi, bahan pengisi untuk tahanan sistim dll (UNEP, 2006).
Menara draft
mekanik tersedia dalam range kapasitas yang besar. Menara tersedia dalam bentuk
rakitan pabrik atau didirikan dilapangan – sebagai contoh menara beton hanya
bisa dibuat dilapangan (UNEP, 2006).
Banyak menara
telah dibangun dan dapat digabungkan untuk mendapatkan kapasitas yang
dikehendaki. Jadi, banyak menara pendingin yang merupakan rakitan dari dua atau
lebih menara pendingin individu atau “sel”. Jumlah sel yang mereka miliki,
misalnya suatu menara delapan sel, dinamakan sesuai dengan jumlah selnya.
Menara dengan jumlah sel banyak, dapat berupa garis lurus, segi empat, atau
bundar tergantung pada bentuk individu sel dan tempat saluran udara masuk
ditempatkan pada sisi atau dibawah sel (UNEP,
2006).
Cooling
tower dapat di klasifikasikan menurut beberapa hal, antara lain:
1. Menurut metode perpindahan panas
a. Wet cooling tower (menara pendingin basah)
Pada cooling tower jenis ini, air panas didinginkan sampai pada temperatur
yang lebih rendah dari temperatur bola basah udara sekitar,
jika udara relative kering. Seperti udara jenuh yang melewati aliran air, kedua aliran akan relative sama.
Udara, jika tidak jenuh, akan menyerap uap air lebih banyak, meninggalkan sedikit panas pada aliran
air.
b. Dry cooler (pendingin kering)
Coolingtower ini beroperasi dengan pemindahan panas melewati permukaan yang memisahkan fluida kerja dengan udara ambient. Dengan demikian akan terjadi perpindahan panas konveksidar ifluida kerja, panas yang dipindahkan lebih besar daripada
proses penguapan.
c. Fluid cooler (pendingin fluida)
Pada
cooling tower ini saluran fluida kerja dilewatkan melalui pipa, dimana air hangat dipercikkan dan kipas dihidupkan untuk membuang panas dari air. Perpindahan panas yang dihasilkan lebih mendekati ke coolingtower basah,
dengan keuntungan seperti pada pendingin kering yakni melindungi fluida kerja dari lingkungan terbuka (ismantoalpha,2009).
2. Menurut arah aliran udara terhadap aliran air
a. Aliran cross flow
a. Aliran cross flow
Pada tipe ini, aliran udara bergerak memotong secara tegak lurus terhadap aliran air padabahan pengisi. Kemudian udara melintasi menara melalui bagian keluaran udara akibat gaya tarik dari fan yang berputar. Gambar II.6
menunjukkan desain tipe cooling tower dengan aliran crossflow.

Gambar II.6 Cooling tower tipe aliran crossflow
b.
Aliran counterflow
Pada tipe ini, aliran udara pada saat melewati bahan pengisi
fill material) sejajar dengan aliran air dengan arah
yang berlawanan. Gambar
II.7 menunjukkan desain tipe cooling tower dengan aliran counterflow.

Gambar
II.7 Cooling tower tipe aliran counter flow
Jenis menara pendingin
|
Keuntungan
|
Kerugian
|
Menara
pendingin forced draft : udara
dihembuskan ke menara oleh sebuah fan yang terletak pada saluran udara masuk
|
-
Cocok untuk resistansi udara yang tinggi
karena adanya fan dengan blower sentrifugal
-
Fan relative tidak berisik
|
-
Resirkulasi karena kecepatan udara masuk yang
tinggi dan udara keluar yang rendah, yang dapat diselesaikan dengan
menempatkan menara di ruangan pabrik digabung dengan saluran pembuangan
|
Menara
pendinginan aliran melintang induced
draft :
-
Air masuk pada puncak dan melewati bahan
pengisi
-
Udara masuk dari salah satu sisi atau pada
sisi yang berlawanan
-
Fan induced
draft mengalirkan udara melintasi bahan pengisi menuju saluran keluar
pada puncak menara
|
-
Lebih sedikit resirkulasi daripada menara forced draft sebab kecepatan keluarnya
3 hingga 4 kali lebih tinggi daripada udara masuk
|
-
Fan dan mekanisme penggerak motor dibutuhkan
yang tahan cuaca terhadap embun dan korosi sebab mereka berada pada jalur
udara keluar yang lembab
|
Menara
pendinginan aliran berlawanan induced
draft:
-
Air masuk pada puncak
-
Udara masuk dari bawwah dan keluar pada puncak
-
Menggunakan fan forced dan induced draft
|
Tabel II.1 Ciri-ciri berbagai jenis menara
pendingin draft (berdasarkan pada AIRAH)
II.1.2 Parameter-Parameter dalam Analisa Cooling
Water
Untuk mengetahui kualitas cooling
water, maka
parameter-parameter di dalamnya harus ditinjau secara periodic melalui analisa laboratorium.Dengan mengetahui nilai dari parameter-parameter tersebut, maka pengendalian kualitas cooling
water dapat dilakukan dengan baik. Berikut ini adalah parameter-parameter dalam analisa cooling
water treatment
yang harus dipantau secara periodik:
a. pH
Pembentukan kerak dan tendensi korosif karena air sebagian besar
dipengaruhi oleh pH. pH asam mengakibatkan korosi peralatan – peralatan logam
setelah kontak dengan air. pH basa dapat mengendapkan kalsium karbonat dari
suatu larutan untuk membentuk kerak pada permukaan perpipaan, pipa cooling water,
peralatan pertukaran panas, kondensor, dan lain- lain.
Banyak sistem pengolahan senyawa – senyawa kimia untuk mencegah kerak dan
korosi dikarenakan pH sebagai satu dari sekian banyak faktor pengendali yang
penting. Misalnya, pH air cooling water biasanya dikontrol pada nilai minimum
sebesar 10,5. Angka ini cukup tinggi untuk mencegah terjadinya korosi dan pada
waktu yang sama juga mengendapkan bermacam – macam garam pembentukan kerak.
(Anonim, 2013)
b. TDS
TDS (Total Dissolved Solids)
adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam, serta
kation-anion yang terlarut di air. Termasuk
semua yang terlarut diluar molekul air murni (H2O).Secara umum,
konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion
didalam air. TDS terukur dalam satuan Parts
per Million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air (Anonim, 2008).
Untuk memenuhi nilai TDS pada make
up waterJava Paragon dapat
dilakukan perbaikkan pada pengolahan external, yaitu dengan cara regenerasi
resin pada ion exchanger misalnya fosfat.
c.
Alkalinitas
Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas
adalah konsentrasi
total unsur
basa-basa yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam mg/l atau
setara dengan CaCO3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3)
dan karbonat (CO32-) merupakan parameter total
alkalinitas dalam air tambak. Unsur-unsur alkalinitas juga dapat bertindak
sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk
ion karbonat dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan
pH menjadi netral. Sebaliknya bila keadaan terlalu asam, ion karbonat akan
mengalami hidrolisa menjadi ion bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang
bersifat basa, sehingga keadaan kembali netral.
Tujuan pengolahan air pendingin meliputi penstabilan
alkalinitas pada range tertentu yang cukup baik untuk mencegah korosi. Untuk menentukan
alkalinitas, menggunakan perhitungan sebagai berikut :


=
x 1000 (jika B=0,02N)

Alkalinitas
(mek/l)=
x B x 1000

Di mana
: A = volume titrasi H2SO4
(ml)
B = normaliti asam (biasanya 0,02 N)
C = volume sampel (ml)
50,4 = berat ekivalen CaCO3
Dalam
percobaan analisa alkalinitas, perhitungan pertama yang digunakan.
(G.
Alaerts, 1984)
Analisa
alkalinitas dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
P-Alkalinitas
Ukuran jumlah ion bikarbonat
(HCO-3), Karbonat (CO-) dan hidroksida (OH-) dalam air.
Menyebabkan carry over dan
meningkatkan proses korosi. Cara pengukuran menggunakan
titrasi (volumetric) menggunakan asam
kuat (HCl atau H2SO4) dengan indikator PP (Subyakto, 1997).
2.
M-Alkalinitas
Cara pengukuran menggunakan titrasi (volumetric) menggunakan asam kuat (HCl atau H2SO4)
indikator MO (m. Alkalinitas).
Menyebabkan carry over dan korosi (Subyakto, 1997).
Jika nilai alkalinitas melebihi batas, maka bahan kimia
polyphospat dapat dipakai dengan konsentrasi 2-10 ppm. Bahan kimia ini dianggap
ideal pada sistem resensi, karena waktu retensi yang pendek sehingga tidak
memungkinkan terjadinya perubahan menjadi orthophospat (Subyakto,
1997).
d.
Calcium hardness
Merupakan
parameter penting dalam memperkirakan pertumbuhan kerak dari kalsium karbonat dan biasa digunakan untuk menghitung cycle number dari cooling
water. Cycle number adalah
perbandingan konsentrasi make up water
dengan konsentrasi padatan terlarut dalam air blowdown (Anonim, 2013.)
e. Total hardness
Jumlah hardness (kesadahan) dalam air merupakan ukuran kapasitas
konsumsi-penyabunan dan tendensi pembentukan kerak. Senyawa kalsium dan
magnesium merupakan konstituen utama dari kesadahan pada air. Secara umum
kesadahan air dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Total
Hardness (ppm)
|
Klasifikasi
|
Kurang
dari 15
|
air
sangat lunak
|
15 –
60
|
air
lunak (soft water)
|
61 –
120
|
air
sadah – medium
|
121 –
180
|
air
sadah (hard water)
|
lebih
dari 180
|
air
sangat sadah
|
Tabel
II.2 Klasifikasi Kesadahan Total
No.
|
Spesifikasi
|
Batasan
|
1.
|
pH (-)
|
6,0 – 8
|
2.
|
Konduktifitas, normal (μs/cm)
|
800
|
3.
|
Kalsium sebagi CaCO3,
maks (ppm)
|
150
|
4.
|
SO42-,
maks (ppm)
|
200
|
5.
|
Hardness total, maks (ppm)
|
200
|
6.
|
Fe total, maks (ppm)
|
1
|
7.
|
Cl- (Cl free), maks
(ppm)
|
0,3
|
Table
II.3 Spesifikasi
kualitas air pendingin sekunder.
No.
|
Spesifikasi
|
Batasan
|
1.
|
pH (-)
|
6,0 – 8,0
|
2.
|
Konduktifitas, normal (μs/cm)
|
300
|
3.
|
Kalsium sebagi CaCO3,
maks (ppm)
|
50
|
4.
|
SO42-,
maks (ppm)
|
50
|
5.
|
Hardness total, maks (ppm)
|
70
|
6.
|
Fe total, maks (ppm)
|
1,0
|
7.
|
Klorida, maks (ppm)
|
0.3
|
Tabel II.4 Spesifikasi kualitas untuk
air make-up
Pada air pendingin peningkatan kesadahan pada air dihindari karena dapat menghasilkan endapan lumpur maupun kerak pada cooling water. Maka karena
alasan inilah air cooling water harus
diolah sebaik mungkin sehingga persentase kemunculan kesadahan pada air cooling water mendekati nol.
Total Hardness dalam air dapat ditentukan dengan dua metode, yakni
metode titrasi penyabunan dan metode titrasi EDTA menggunakan indikator EBT. Erichrome Black T (Eriokrom Hitam T)
adalah sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan
yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10 ± 0,1. Pada titrasi
EDTA diberikan larutan buffer pH 10 karena untuk mengurangi resiko gangguan
selain itu range pH agar indikator EBT dapat bekerja dengan baik. Dilihat dari
larutan EDTA pada pH 10, larutan dapat menunjukkan persamaan jumlah molekul
antara molekul EDTA sebagai titran dengan jumlah ion kesadahan sampel.
II.1.3 Beberapa Permasalahan pada Cooling Tower
1.
Masalah Korosi
Korosi terjadi pada akibat pH rendah, Selain pH ada beberapa jenis
mikroorganisme yang menyebabkan korosi seperti nitrifying bacteria dan Sulfate
Reducing Bacteria (SRB) yang dapat menghasilkan asam sulfida (H2S).Bakteri
ini memiliki kemampuan untuk mengubah ion sufate (SO4) menjadi asam
sulfida (H2S) yang sangat korosif menyerang logam besi, logamlunak. Bakteri ini hidup sebagaian aerobik( tanpaudara ).
2.
Masalah Kerak
Pembentukan kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan material
anorganik yang konsentrasinya melanpaui limit control.
3.
Masalah Mikrobiologi
Mikroorganisme juga mampu membentuk depositpada
sembarangan permukaan. Hampir semua jasad renik ini menjadi kolektor bagi debu
dan kotoran lainnya. Hal ini dapat menyebabkan efektivitas kerja cooling tower
menjadi terganggu. Mikroorganisme
yang terdeteksi di dalam air pendingin adalah
algae,jamur(fungi),
danbakteri.
(Subyakto,1997)
A.
Proses
klarifikasi secara kimia
Pengolahan
secara kimia atau klarifikasi meliputi proses koagulasi,flokulasi
dan sedimentasi. Ketiga
proses tersebut pada prinsipnya ditujukan untuk menghilangkan material-material
yang terlarut dengan pengendapan dengan menambahkan bahan kimia yang bersifat
sebagai koagulan / flokulan yang dinamakan juga sebagai proses koagulasi
flokulasi. Disini koagulasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
bahan- bahan kimia ditambahkan dalam air yang mengandung material- material
halus yang terdispersi yang mempunyai kecepatan pengendapan lambat sekali agar
menimbulkan gumpalan (flok) yang mempunyai kecepatan pengendapan yang auh lebih
cepat. Pada proses pengendapan (sedimentasi) pengawasan harus dilakukan
terhadap flok agar jangan sampai pecah selama proses pengendapan. Partikel flok
dapat mengadsorpsi partikel- pertikel lainnya seperti silika.
B.
Filtrasi
Air yang keluar dari proses
klarifikasi yang masih mengandung flok- flok halus masih memerlukan penyaringan
melalui suatu medium yang berpori dimana flok atau zat padat ditahan sedangkan
air jernih diteruskan.. Sampai berapa jauh zat padat menembus filter tergantung
dalam banyak hal, seperti : rate filtrasi, ukuran filter medium, kesempurnaan
proses klarifikasi, susun filter medium, tinggi/ kedalaman (bed) filter.
C.
Pengolahan lanjutan
Air yang telah mengalami
penjernihan, ditampung pada bak penampung untuk selanjutnya didistribusikan
untuk berbagai keperluan dengan kualitas/ syarat yang tertentu. Untuk aktifitas
industri, air bersih tersebut pada umumnya dibagi dalam :
·
Air
sanitasi
·
Air
proses
·
Air
pendingin
·
Air
umpan boiler
D.
Proses
Pelunakan (softening)
Dari empat penggunaan air dalam industri, air pendingin dan air umpan
boiler paling dominan penggunaanya serta membutuhkan persyaratan yang lebih
khusus, terutama bebas dari zat- zat penyebab kerak dan korosi, yaitu :
-
Kesadahan air
-
Satuan Hardness
Untuk menyatakan kesadahan air ada beberapa cara yaitu :
a. ppm
CaCO3
b. german
degree of hardness
(Do)
c. french
degree of hardness (Fo)
d. WHO degree of hardness
Untuk Indonesia biasanya dipakai
satuan kesadahan
ppm
CaCO3 atau Do dimana
1
Do = 10 ppm CaO
Untuk menurunkan tingkat kesadahan, dilakukan proses yang
dikenal sebagai “proses pelunakan" atau softening.External
water softening yaitu
proses pelunakan air yang dilakukan di luar sistem dimana air tersebut dipakai.
Ada beberapa cara dari external water softening yaitucold process softening by chemicals, hot process softening by
chemicals, ion exchange.
(Subiyakto,1997).
Analisa pada Cooling
Water
1.
Analisa
pH
pH
menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan, melalui konsentrasi
(sebetulnya aktivitas) ion hidrogen H+. Dalam air murni konsentrasi
[H+] sama dengan konsentrasi [OH-] atau [H+] =
[OH-] = 10-7. Supaya pengelolaan data menjadi lebih
sederhana, konsentrasi ditulis secara logaritmis,
- log [H+] = pH
(S.S.
Santika, G. Alaerts, 1984).
2.
Analisa
Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk
menetralkan tambahan
asam tanpa
penurunan nilai pH larutan. Untuk menentukan alkalinitas, menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
Alkalinitas
(mg CaCO3/l) = A x
x 1000 x 50,4

=
x 1000 (jika
B=0,02N)



C C
Di mana : A = volume titrasi H2SO4
(ml)
B = normaliti asam (biasanya 0,02 N)
C =
volume sampel (ml)
50,4 = berat
ekivalen CaCO3
Dalam percobaan analisa alkalinitas,
perhitungan pertama yang digunakan.
(S.S. Santika, G. Alaerts, 1984)
3.
Kesadahan
Kesadahan adalah ukuran konsentrasi ion-ion Ca dan Mg yang dinyatakan dalam
mg/liter CaCO3. Pengukuran biasanya dilakukan secara volumetric
melalui titrasi EDTA (Ethylen Diamin
Tetra Acetic Acid) sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka
terhadap kation tersebut. Mengukur kesadahan total digunakan indikator Eriochrome
Black T (EBT), sejenis indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam
larutan yang mengandung ion kalsium dan ion magnesium dengan pH buffer 10,0 ±
0,1. Khelat logam terbentuk dengan
kehilangan ion hidrogen dari gugus -OH fenolik dan terjadi ikatan ion logam
dengan atom oksigen maupun gugus azo. Molekulnya dinyatakan dalam bentuk
singkatan sebagai asam H3In.
(repository,2013)


Dimana :
A =volume titran EDTA yang digunakan (ml)
B =volume sampel sebelum diencerkan (ml)
f =faktor perbedaan antara kadar
larutan EDTA 0,01 M
menurutstandarisasi dengan CaCO3 (f ≤ 1)
1,009 = ekuivalensi
antara 1 ml EDTA 0,01 M dan 1 mg
kesadahan sebagai CaCO3
(S.S. Santika, G. Alaerts,
1984)
II.1.4 Skema Pengolahan Cooling Water

Air
panas yang masuk pada bagian atas cooling
tower didistribuskan secara merata di dalam rumah cooling tower, lalu akan jatuh kebawah dikarenakan gaya gravitasi
atau pancaran air diarahkan ke bawah. Air yang masuk dan udara melalui filling arahnya searah. Disana
terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa, dimana perpindahan panas
dan perpindahan massa terjadi dari air ke udara. Udara yang banyak memiliki
kandungan air (jenuh) disirkulasikan dengan kipas sehingga udara yang belum
jenuh masuk ke rumah cooling tower.
Air dingin yangditampung di bak penampung digunakan kembali. Dalam proses ini,
terjadi penghilangan air karena terjadi penguapan. Sehingga harusdiberi masukan
air tambahan (make up water).Air
dingin yang dihasilkan dilewatkan melaluisaringan agar kotoran-kotoran atau
padatan-padatan mineral tertahan dan tidak melewati alat lainnya (Subyakto, 1997).